IKAMI Cabang Malang dan Kerinduan

IKAMI Cabang Malang dan Kerinduan

Oleh : Muh. Rheza Aditya

“Masa muda adalah masa dimana penuh dengan  pengalaman dan pengalaman itu harus dipupuk dengan penuh pengabdian agar rakyat bisa merasakan langsung kehadiran para pemudanya”
Paradigma di atas sebagai konstruksi ide yang mengenalkan jati diri kita sebagai bangsa yang memiliki jiwa sosialis. Dan ini harus dianggap sebagai pilar yang melandasi bangsa ini. Sehingga, nilai-nilai sosial perlu kita jaga sebagai identitas bangsa yang melandasi semangat perjuangan kader IKAMI Sulsel Cabang malang sebagai persatuan bangsa Indonesia.

Mahasiswa Sulawesi Selatan yang mencari ilmu di tanah Jawa telah memegang komitmen untuk membangun sebuah organisasi daerah yang bernama IKAMI Sulsel pada tanggal 30 september 1961. Tekad membara dan semnagat untuk membuat sebuah wadah bagi pelajar yang menuntut ilmu di tanah rantau memang sangat dinamis bahkan beberapa kali berganti nama. Tapi tidak menghilangkan substansi dari organisasi ini untuk tetap mewadahi pelajar Sulawesi yang merantau di tanah jawa pada saat itu.
Pada awal berdirinya organisasi ini, telah dirumuskan tujuan, “Untuk membina mahasiswa/pelajar menjadi sarjana yang bertakwa dan bertanggungjawab atas terciptanya masyarakat adil dan makmur yang di ridhoi Allah SWT”. Tujuan ini sangat relevan dengan organisasi ni dan memberikan sebuah ketegasan kepada para mahasiswa bahwasanya orang-orang yang ada diwadah tersebut mengembang tanggungjawab moral untuk bisa mewujudkan cita-cita luhur bangsa Indonesia. Tidak dipungkiri bahwa dengan tujuan IKAMI seperti ini mahasiswa perantauan dari Sulawesi harus bisa memiliki jiwa-jiwa intelektual sebagai identitas dari pada mahasiswa sehingga ketika berada di dalam kampus mahasiswa Sulawesi bisa menyelesaikan gelar sarjananya dengan waktu yang tepat dan menjadi perhatian baik bagi para mahasiswa lain.
Menurut subjektivitas saya, mahasiswa yang menginjakkan kakinya di tanah Jawa tidak sedikit dari mereka membawa asa untuk bisa menjadi mahasiswa yang memiliki pengabdian tinggi  dan sembari memperkenalkan budaya Sulawesi Selatan ke tanah Jawa. Rangkaian kegiatan yang tiap tahunnya dilihat dan dinikmati oleh para masyarakat kota malang yaitu budayata. Kegiatan ini salah satu contoh memperkenalkan budaya bugis-makassar seperti tarian khas daerah, drama dalam konteks merefleksi sejarah kerajaan Bugis-Makassar. Sehingga meanset dari pada  masyarakat kota malang itu sendiri bahwa mahasiswa makassar itu kasar-kasar perlahan akan hilang dengan sendirinya dengan adanya pementasan budaya seperti itu. Namun seiring dengan terkenalnya kegiatan budayata di Malang, kita yang berhimpun dalam sebuah wadah IKAMI Sulsel cabang Malang lupa akan pentingnya pengabdian diri untuk masyarakat kota Malang itu sendiri terkhususnya Sulawesi Selatan daerah tempat tinggal kita karena masih banyak di pelosok desa yang belum bisa merasakan nikmatnya pendidikan yang sekarang karena kurangnya perhatian pemerintah .
Aksentuasi sebagai entitas dari pada gelar kita sebagai mahasiswa tentu mengembang sebuah amanah bahwasanya mahasiswa Sulawesi Selatan terkenal dengan budaya sosial yang dimana tak mengenal cuaca panas dan dingin untuk mengabdikan diri kepada bangsa indonesia terkhususnya kota Malang apalagi daerah tempat tinggal kita masing-masing. Tentu pondasi seperti inilah yang harus kita rombak bersama karena menurut saya pribadi kultur yang mengikat itu merusak peradaban. Ketika kita merefleksi arah sentral gerakan kader IKAMI Sulsel cabang Malang tentu para pendahulu kita memiliki jiwa patriotisme yang sarat dengan perjuangan. Kerinduan seperti inilah yang kita inginkan sehingga IKAMI Cabang Malang menjadi patron gerakan bagi oraganisasi yang lain. Reposisi arah perjuangan kader IKAMI Sulsel cabang Malang tentu harus memiki desain tersendiri agar tidak menjadi kacau.
Mahasiswa Sulawesi Selatan yang berada dalam wadah organisasi IKAMI Sulsel cabang Malang  ragam kelas sosial dan latar belakang mahasiswa IKAMI masih terjaga. IKAMI Sulsel cabang Malang masih menjadi tempat yang nyaman untuk menyampaikan gagasan dan bukan hanya sekadar berkumpul melepas penat saja. Nyali kita senantiasa harus tetap terpelihara sebab masyarakat kota Malang akan sadar dengan sendirinya dan tahu dengan sendirinya, bahwa jauh diluar sana IKAMI cabang Malang adalah organisasi Mahasiswa bukan event organiser.  Diantara kegelisaan saya ada asa di timur sana, Malang tetap saja akan menjadi pusat kekuasaan tetapi rasa-rasanya tidak akan lagi pernah menjadi pusat pelawanan mahasiswa khususnya kader IKAMI Sulsel cabang Malang. Matahari tebit dari timur, perlawanan mahasiswa memberi cahaya dari ufuk sana. Makassar adalah kiblat gerakan mahasiswa Indonesia. Itu adalah sebuah kerinduan yang harus kader IKAMI Sulsel cabang Malang harus tanamkan dalam lubuk hati dan tetap dipertahankan.
            Merefleksi budaya diskusi dan kajian para pendiri IKAMI Malang tentu sangat memiliki inisiatif tinggi untuk mengikuti itu apalagi didukung semangat untuk berorganisasi dan itu sangat dirindukan adanya. Budaya diskusi di IKAMI Malang kala itu, yang notabene para mahasiswa terpelajar tidak bisa diragukan lagi sosok intelektualitasnya. Disamping itu juga, dari hasil diskusi dan kajian para senior-senior yang dulu tentu ilmu yang telah didapatkan dari suatu kajian langsung diimplementasikan dalam kehidupan sosial. Karena dalam konsep kebenaran sebuah ilmu harus didukung dengan sebuah realitas. Meskipun pada dasarnya konsep dan realita itu selalu terbatas. Semangat dalam berorganisasi di IKAMI Sulsel cabang Malang telah mulai terkikis oleh penyebab dari masuknya pengaruh budaya barat di Indonesia. Oleh karena itu kerinduan seperti berjuang dijalan menyuarakan kebenaran hilang secara perlahan. Revitalisasi dalam konsep perjuangan dalam membela kaum tertindas ini yang kita rindukan, dimanakah sosok garda selama ini yang kita cari ? tentu jawabnya ada pada diri kita masing-masing. Seperti yang dikatakan oleh Najwa Shihab “mahasiswa hari ini harus berani mengambil pendiriran dalam suatu persoalan karena masa muda kita bukan hobby untuk cari aman dengan sikap netral-netralan.”
            Dengan berkontribusi langsung di IKAMI Sulsel cabang Malang pasti akan memberikan manfaat dan pengalaman bagi kita karena pengalaman lebih menekankan bagaimana seseorang hadir di tengah-tengah kemajemukan dan peka atas realitas sosial yang terjadi. Menurut subjektivitas saya, konsep persekawan di IKAMI Sulsel cabang Malang itu belum ada pondasi yang betul-betul kuat. Artinya persekawanan itu harus dibangun dalam sebuah ideologi sehingga yang hadir adalah betul-betul rasa persaudaraan. Sejatinya sebagai mahasiswa yang berada dalam wadah IKAMI Sulsel cabang Malang kita adalah bagian dari pada rakyat, dan tak bisa dipisahkan maka itu harus dipupuk dengan pengabdian. Apalah arti di hari kemudian nanti ketika kita meraih sebuah gelar S1 bahkan Prof. sekalipun, jika tak ada rasa pengabdian untuk negara yang tua ini yakni Indonesia.

Saya menulis ini bukan sebuah apologi atau bentuk pemaafan dari apa yang menimpa saya. Ini hanya sekadar bahan sharing bagi siapa saja yang menilainya sebagai suatu ilmu. Karena saya juga tercederai, saya gagal pada wilayah mengatur waktu. Sebab sampai sekarang saya masih berusaha pada wilayah itu.