Memupuk rejeki dari alat pangkas manual

 Pujiman Sedang memangkas rambut pelanggannya.
Foto Oleh Moch Farabi Wardana

Lengangnya kendaraan sebelum menyambut pagi dan udara masih segar untuk dihirup. Beriringan dengan matahari muncul secara perlahan dari sudut timur perkotaan Malang. riuh aktivitas warga semakin padat ketika matahari kian meninggi. Ketika matahari kian meninggi, jalan mulai padat dihiasi dengan beragam kendaraan yang mengisi ruas jalan Ir Rais. Sama halnya dengan Pujiman (75) yang mengayuh sepeda dengan terengah-engah sembari menggandeng peralatan pangkas dari Pandan landung kecamatan Wagir menuju ke jalan Ir Rais. Berkisar 3 KM jauhnya. Berseberangan dengan jalan Ir. Rais gang 6, dihimpit antara tempat pembuangan dan pohon pujiman melabuhkan sepedanya dan mulai memainkan peralatan pangkas rambutnya.

Pujiman berprofesi sebagai pemangkas rambut selama 34 tahun disekitaran jalan Ir.Rais. Di Kota Malang terdapat sekitar ratusan salon dan barbershop menggunakan mesin potong rambut untuk memotong rambut dari pelanggan namun sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh Pujiman. Pujiman masih menggunakan alat cukur manual clipper kodok. Menurut paparannya Pujiman lebih senang menggunakan clipper kodok daripada mesin cukur. Alat tersebut seharga 55.000 Rp.
“karena harganya murah”ujar pujiman sambil tersenyum lebar.
Kepandaian dalam menggunakan alat cukur tersebut berawal sejak Pujiman remaja. Bermula dari mengamati orang lain menggunakan alat itu. Selama 34 tahun berprofesi sebagai pemangkas rambut Pujiman tak pernah mematok harga bagi pelanggan.
“seadanya saja, kalau tidak ada juga tidak apa-apa”ujarnya sembari jarinya melentik abu rokok.
Penulis Moch Farabi Wardana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar