Terpilihnya Wahid dan Faqih sebagai ketua pelaksana Sanggara 7 dan Phinisi Art Galery

Wahid dan Faqih sedang memberikan sepatah kata

IKAMI- Menjelang kegiatan sanggara 7 dan phinisi art galery, IKAMI Sulsel cabang Malang mengelar pemilihan ketua pelaksana (ketupel) di Asrama Hasanuddin tepatnya jalan Simpang Dieng Utara No 44, (26/03/2018).

Abdul Wahid Yusran atau kerap kali disapa Wahid terpilih sebagai ketupel kegiatan sanggara 7, sementara Muhammad Faqihuddin atau Faqih terpilih sebagai ketupel kegiatan phinisi art galery. Kedua pasangan tersebut memperoleh 15 suara dari 43 pemilih dan 5 suara tidak sah.

Sanggara tersebut merupakan program kerja IKAMI dari tahun ke tahun. Guna untuk merekrut anggota baru. Wahid menginginkan anggota baru mengganggap IKAMI sebagai rumah sendiri.

"seakan akan mereka kehilangan barang jadi balik ke ikami, ujarnya".

Sementara phinisi art galery merupakan inovasi dari  program IKAMI dalam memperkenalkan budaya. Faqih mengharapkan agar kegiatan tersebut  mendapatkan hikmah bukan sekedar berhasilnya acara tersebut.

"jangan hanya capek yang didapatkan dari kegiatan", ujarnya.

Ilham Putra Sanur sebagai sekertaris umum mengharapkan kedua pasangan tersebut agar mampu menciptakan kualitas anggota serta memahamkan kepada anggota prihal nilai-nilai kebudayaan.

Ketua umum Ikhsan Basri berharap dengan terpilihnya wahid sebagai ketupel sanggara. Dapat merangkul dan membentuk anggota yang loyal terhadap organisasi serta mempunyai karakter

"bisa merangkul anggotanya dan menjadikan loyal untuk ikami" ujarnya.

Iksan juga memberi harapan penuh kepada ketupel phinisi art galery.  Dapat memperkenalkan budaya Sulsel dengan terobosan yang berbeda kepada masyarakat Malang.

"ini merupakan program baru jadi saya harap mampu menjadikan awal yang baik" lanjutnya.


Foto : Sardi
Penulis : Moch Farabi Wardana



Pelantikan IKAMI ; Semangat Menginspirasi


Penyerahan SK kepada Ketua Terpilih Muh Ikshan Basri Periode 2017/2018

IKAMI-  Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan Cabang Malang (IKAMI) periode 2017/2018, mengadakan pelantikan pengurus di Gedung KNPI Malang yang bertajuk Semangat Menginspirasi, (17/03/18).

Ada 59 anggota yang dilantik sebagai pengurus yang terdiri dari beberapa bidang.Visi dari Muh Ikshan Basri selaku ketua umum periode 2017/2018 yang terpilih pada musyawarah cabang beberapa bulan yangg lalu mengatakan ingin mewujudkan IKAMI Sulsel sebagai wadah pengembangan diri yang menjunjung tinggi kearifan lokal.

"Mewujudkan IKAMI Sulsel Cabang Malang sebagai wadah pengembangan diri yang menjunjung tinggi kearifan lokal"ujar ikhsan melalui pesan singkat.

Selain sebagai wadah pengembangan diri menurut Ikhsan IKAMI Sulsel akan tetap memperkenalkan budaya Sulawesi Selatan Seperti menjadi bagian dari pengajar untuk anak seusia 8-10 tahun di Kota Malang.

"kami kemarin mengajar budaya sulsel kepada anak kecil pada acara Jelajah Nusantara"lanjutnya.

Pementasan Budayata yang diadakan  dari tahun ke tahun rencananya akan beristirahat pada tahun kepengurusan 2017/2018, bagi Ikshan budayata sebagai kegiatan spektakuler IKAMI dalam memperkenalkan budaya Sulsel dan selalu menjadi daya tarik bagi masyarakat sekitar.

"namun untuk tahun ini tidak kita adakan dulu kita menunggu moment yang tepat untuk diadakan lagi"lanjutnya.

Tomy Rahmatwijaya selaku perwakilan pengurus besar hanya memberi wejangan kepada pengurus yang dilantik. Tomy mengatakan dalam sambutannya untuk pengurus yang baru saja dilantik tetap berpegang teguh pada pedoman hidup suku Bugis-Makassar.

"kita harus ingat pedoman hidup Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge."ujar Tomi.

Adapula pementasan tari khas Sulsel yang disuguhkan pada acara pelantikan tersebut.pementasan tari tersebut sebagai pembuka acara. Tari yang ditampilkan adalah tarian mappadendang.




Pewarta Foto : Wahyu Syaputra
Penulis : Moch Farabi Wardana



Sebuah Ancaman atau Peluang


Sebuah Ancaman atau Peluang
Oleh Jongs SF
(Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya)


Mahasiswa ketika baru menginjakkan kaki di kampus pasti sudah tidak asing dengan peran mahasiswa yang sering dielu-elukan yaitu agent of Change, social control, dan iron stock. Berangkat dari doktrin tersebut lahirlah dogma bahwa peran mahasiswa sudah tidak dapat dielakkan lagi, bahwa mahasiswa mempunyai peran strategis dalam membangun daerah sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Hal tersebut tercantum secara jelas dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Pun disebutkan dalam konstitusi IKAMI Sulsel, yang bertujuan :
1.       Meningkatkan mutu keilmuan
2.       Pengabdian masyarakat
3.       Melestarian budaya dan nilai-nilai Sulawesi Selatan
4.       Mempererat semangat kekeluargaan.
Tarikan dari tujuan IKAMI Sulsel jelas bahwa output yang ingin dicapai adalah pelajar/mahasiswa intelek yang tidak lupa akan nilai-nilai budaya dan pengabdian pada masyarakat melalui semangat kekeluargaannya. Terus bagaimana dengan hari ini? Apakah kesadaran akan tanggung jawab sudah tersentuh secara maksimal? terkhusus bagi IKAMI Sulsel yang ketika kita mengacu pada konstitusi organisasi sebagai wadah semangat kekeluargaan dalam hal memfasilitasi peran strategisnya terhadap mutu keilmuan, pelestarian budaya, dan pengabdian masyarakat dengan harapan untuk membangun kampung kelahiran. Dari argumen tersebut, tarikannya bahwa sebagai orang yang merantau seharusnya peduli terhadap isu-isu kedaerahan di tanah kelahiran kita. Simpelnya dapat dikatakan bahwa bisa menaruh perhatian terhadap tanah kelahiran.
Gejala tersebut sangat menjadi pekerjaan rumah bagi mahasiswa yang meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu demi kemajuan, terkhusus atas dirinya pribadi yang tidak lupa bahwa mereka(read:mahasiswa rantau) membawa nama daerah yang idealnya akan kembali ke tanah kelahirannya untuk membangun daerahnya tersebut. Pada hakikatnya tujuan merantau ialah “sompe’ sappa’ deceng, lisu mappadeceng” yang mengandung arti orang yang merantau sejatinya mencari hal-hal yang baik dan kembali membawa hal yang baik tersebut untuk membangun kampung halaman. Namun, apa yang terjadi hari ini? Masihkah mahasiswa rantau memegang arti dari penggalan kalimat tersebut? Ini menjadi penting guna menunjang pembangunan daerah dengan tetap berlandas pada nilai sosial kemasyarakatan-kebudayaan serta memiliki daya saing dengan daerah lainnya.
Menghadapi tantangan yang menurut saya juga menjadi peluang seperi itu, maka diperlukan sebuah revitalisasi peran fungsional organisasi daerah guna membentuk anggota yang peduli dan bertanggung jawab terhadap pembangunan daerah. Dan tidak dapat pula dielakkan bahwa pemerintah mempunyai peranan strategis dalam mencerdaskan dan mencerahkan mahasiswa rantau, dalam hal ini memfasilitasi keberadaan mahasiswa rantau
Sebuah organisasi daerah yang ideal mampu memberikan arti bagaimana sebenarnya peran anggota yang mau tidak mau dicerminkan sebagai duta daerah/budaya di tanah rantau guna mewujudkan harapan masyarakat di tanah asal untuk membangun daerah. Hal tersebut ditekankan untuk menjaga nilai budaya daerah agar tidak tergerus oleh heterogenitas budaya yang ada di kampus. Selain itu, juga berperan dalam menjaga semangat dan cita-cita untuk kembali membangun daerah setelah selesai studi agar tetap terjaga pada diri masing-masing individu.
Di IKAMI Sulsel, terkhusus Cabang Malang disibukkan dengan eksistensinya di lingkungan eksternal dan hampir melupakan pokok dari akar permasalahan pada internalnya. Eksistensi ini terlihat melalui (saya menyebutnya) event kebudayaan. Dengan terlaksanakannya event tersebut, implementasi dari tujuan IKAMI Sulsel pada pasal 5 (c) berhasil, tapi lagi-lagi hampir saja melupakan keseluruhan isi dari pasal 5 tersebut. Saya mengutip kata-kata trend zaman now “don’t judge a book by it’s cover” yang menurut saya merupakan representasi IKAMI Sulsel hari ini, yang hanya melihat cover daripada isi. Menurut saya, ketika organisasi menggodok isi, dalam hal ini berbentuk pewacanaan akan pentingnya peningkatan mutu keilmuan dimulai, dengan tetap mengacu pada nilai-nilai kebudayaan dan semangat kekeluargaan yang membangun, secara tidak sadar mampu mengcover keseluruhan dari apa yang diharapkan. Baik itu eksistensi, bentuk pengabdian pada masyarakat sampai pada perhatian pemerintah asal maupun setempat.
Organisasi daerah sebaiknya bukan hanya sebagai tempat melepas penat akibat dari kepeningan aktivitas dalam kampus, tetapi juga menjadi wadah berproses, media untuk meningkatkan mutu kelimuan dari berbagai macam disiplin ilmu, pemberi manfaat bagi daerah yang ditempati, juga daerah darimana mereka berasal, karena sebenarnya mereka-mereka adalah orang yang intelektual dan duta dari daerahnya masing-masing yang harus menjaga nama baik daerah.
Harapannya, tulisan ini mampu menyadarkan IKAMI Sulsel akan substansi kalau organisasi ini benar adanya dan mempunya tanggungjawab, baik secara moril maupun materil kepada daerahnya masing-masing.
“Karena pada dasarnya, organisasi daerah sangat dibutuhkan mengingat fungsinya sebagai wadah pemersatu sesama mahasiswa perantau”

#ngopikah
Tulisan ini murni dari sudut pandang subjektivitas dari penulis


Mengenal IKAMI Jaman Now


Mengenal IKAMI Jaman Now
Oleh : Muflih Gunawan


Mengenal IKAMI Sulsel saat ini, itu adalah suatu kalimat yang menjadi indikasi bahwa telah terjadi perubahan yang sangat besar antara IKAMI dulu dan sekarang. Pemaknaan kata perubahan tidaklah identik dari suatu yang buruk ke baik, melainkan  bisa juga sebaliknya. Hal itu ditandai dengan adanya pergeseran norma-norma yang dulu dianut sebagai suatu norma yang kental dalam membuat kesatuan dalam internal IKAMI, sekarang tidak lagi menjamin bahwa norma yang dulunya kental kini mulai pasif dikarenakan suatu hal. Sampai saat ini beberapa diantara masyarakat IKAMI mencoba untuk menjawab teka-teki yang membuat hilangnya jiwa patriot untuk menjalankan Roda IKAMI SulSel, salah satu alasan yang menjadi tanggapan dalam konteks ini ialah dikarenakan zaman yang beda, tetapi lagi-lagi beberapa golongan menanggapi itu sebagai alasan yang irasional. Bahwa ketidakpercayaan yang menjadi dasar pemikiran yang menolak itu adalah semua ini dianggap sebagai bentuk evolusi, dan evolusi tidak dapat terjadi secepat tahun ke tahun. dan toh, juga sampai saat ini kita tidak menganggap bahwa adanya dalang yang menjadi bentuk evolusi tersebut sehingga zaman bukanlah menjadi alasan yang tepat untuk terkikisnya norma-norma tersebut.
Terlepas dari itu, masyarakat IKAMI juga memahami bahwa perlu adanya perbedaan yang menjadi kontras antara IKAMI dulu dan saat ini. Tetapi hal itu bukan menjadi alasan untuk membenarkan hilangnya norma-norma yang dianggap mampu memperkuat kesatuan dalam IKAMI. Disatu sisi tanpa kita sadari bahwa semakin majunya zaman ini membuat orientasi IKAMI juga bergeser secara perlahan, kuda-kuda yang dibangun oleh pelopor dari organisasi ini untuk terus menjamin orientasi dari IKAMI tidak bergeser ternyata masih dapat digoyangkan dengan beberapa benturan.
Menjadi pengetahuan bersama bahwa tujuan Organiasi Daerah yang ada diluar dari daerah itu tersebut adalah untuk mengabdikan dirinya kembali ke daerahnya dengan ilmu yang telah diperoleh dan dapat dikomperasikan sehingga menjadi suatu inovasi untuk pembangunan serta kesejahtraan dari daerahnya tersebut.
Mencoba membuat suatu relevansi antara tujuan tersebut dengan IKAMI kini tidak lagi selaras dalam arti bahwa saat ini masyarakat IKAMI sibuk bergulat hanya untuk memperoleh eksistensi. Disamping itu mesti kita memahami bahwa tanpa memikirkan tentang eksistensi organisasi, sebenarnya hal yang lebih produktif dapat kita lakukan seperti menangani legal problem atau pun gejala sosial yang ada di masyarakat Sulsel, sehingga tanpa kita sadari maka eksistensi organisasi akan muncul dengan sendirinya. Mengingat pluralnya latar belakang masyarakat IKAMI dengan organisasi ideologi yang berbeda, maka menjadi suatu alasan yang tepat dikatakan bahwa IKAMI dapat bertarung dalam arena ideologi tersebut dalam memecahkan gejala sosial tanpa menyampingkan karakter Budayanya.


Seirama dalam penuh kasih
Berkomandang dalam tekanan
Kokoh, teguh, dan kuat akan tempahan
Toh, tempa juga akan membuat semuanya berkualitas.

Menalar bersama untuk tujuan yang selaras
Atas derita dan tawa yang acap terjadi
Tidak dapat mengelabui jejak kaki
Untuk terus saling merangkul.

Logo dilengan kiri pertanda semua siap
Atas hujan tangis dan sinar tawa
Semangat yang dibangun saat kancing telah terpasang
Menandakan semuanya akan baik-baik saja

Aroma keringat yang lekat dikain hitam
Menjadi saksi atas perolehan
Asrama telah menunggu kepulanganmu
Untuk berbagi cerita.