Sebuah Ancaman atau Peluang


Sebuah Ancaman atau Peluang
Oleh Jongs SF
(Mahasiswa Fakultas Ekonomi Universitas Brawijaya)


Mahasiswa ketika baru menginjakkan kaki di kampus pasti sudah tidak asing dengan peran mahasiswa yang sering dielu-elukan yaitu agent of Change, social control, dan iron stock. Berangkat dari doktrin tersebut lahirlah dogma bahwa peran mahasiswa sudah tidak dapat dielakkan lagi, bahwa mahasiswa mempunyai peran strategis dalam membangun daerah sesuai dengan sumber daya yang dimiliki. Hal tersebut tercantum secara jelas dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi yaitu pengabdian masyarakat. Pun disebutkan dalam konstitusi IKAMI Sulsel, yang bertujuan :
1.       Meningkatkan mutu keilmuan
2.       Pengabdian masyarakat
3.       Melestarian budaya dan nilai-nilai Sulawesi Selatan
4.       Mempererat semangat kekeluargaan.
Tarikan dari tujuan IKAMI Sulsel jelas bahwa output yang ingin dicapai adalah pelajar/mahasiswa intelek yang tidak lupa akan nilai-nilai budaya dan pengabdian pada masyarakat melalui semangat kekeluargaannya. Terus bagaimana dengan hari ini? Apakah kesadaran akan tanggung jawab sudah tersentuh secara maksimal? terkhusus bagi IKAMI Sulsel yang ketika kita mengacu pada konstitusi organisasi sebagai wadah semangat kekeluargaan dalam hal memfasilitasi peran strategisnya terhadap mutu keilmuan, pelestarian budaya, dan pengabdian masyarakat dengan harapan untuk membangun kampung kelahiran. Dari argumen tersebut, tarikannya bahwa sebagai orang yang merantau seharusnya peduli terhadap isu-isu kedaerahan di tanah kelahiran kita. Simpelnya dapat dikatakan bahwa bisa menaruh perhatian terhadap tanah kelahiran.
Gejala tersebut sangat menjadi pekerjaan rumah bagi mahasiswa yang meninggalkan kampung halamannya untuk menuntut ilmu demi kemajuan, terkhusus atas dirinya pribadi yang tidak lupa bahwa mereka(read:mahasiswa rantau) membawa nama daerah yang idealnya akan kembali ke tanah kelahirannya untuk membangun daerahnya tersebut. Pada hakikatnya tujuan merantau ialah “sompe’ sappa’ deceng, lisu mappadeceng” yang mengandung arti orang yang merantau sejatinya mencari hal-hal yang baik dan kembali membawa hal yang baik tersebut untuk membangun kampung halaman. Namun, apa yang terjadi hari ini? Masihkah mahasiswa rantau memegang arti dari penggalan kalimat tersebut? Ini menjadi penting guna menunjang pembangunan daerah dengan tetap berlandas pada nilai sosial kemasyarakatan-kebudayaan serta memiliki daya saing dengan daerah lainnya.
Menghadapi tantangan yang menurut saya juga menjadi peluang seperi itu, maka diperlukan sebuah revitalisasi peran fungsional organisasi daerah guna membentuk anggota yang peduli dan bertanggung jawab terhadap pembangunan daerah. Dan tidak dapat pula dielakkan bahwa pemerintah mempunyai peranan strategis dalam mencerdaskan dan mencerahkan mahasiswa rantau, dalam hal ini memfasilitasi keberadaan mahasiswa rantau
Sebuah organisasi daerah yang ideal mampu memberikan arti bagaimana sebenarnya peran anggota yang mau tidak mau dicerminkan sebagai duta daerah/budaya di tanah rantau guna mewujudkan harapan masyarakat di tanah asal untuk membangun daerah. Hal tersebut ditekankan untuk menjaga nilai budaya daerah agar tidak tergerus oleh heterogenitas budaya yang ada di kampus. Selain itu, juga berperan dalam menjaga semangat dan cita-cita untuk kembali membangun daerah setelah selesai studi agar tetap terjaga pada diri masing-masing individu.
Di IKAMI Sulsel, terkhusus Cabang Malang disibukkan dengan eksistensinya di lingkungan eksternal dan hampir melupakan pokok dari akar permasalahan pada internalnya. Eksistensi ini terlihat melalui (saya menyebutnya) event kebudayaan. Dengan terlaksanakannya event tersebut, implementasi dari tujuan IKAMI Sulsel pada pasal 5 (c) berhasil, tapi lagi-lagi hampir saja melupakan keseluruhan isi dari pasal 5 tersebut. Saya mengutip kata-kata trend zaman now “don’t judge a book by it’s cover” yang menurut saya merupakan representasi IKAMI Sulsel hari ini, yang hanya melihat cover daripada isi. Menurut saya, ketika organisasi menggodok isi, dalam hal ini berbentuk pewacanaan akan pentingnya peningkatan mutu keilmuan dimulai, dengan tetap mengacu pada nilai-nilai kebudayaan dan semangat kekeluargaan yang membangun, secara tidak sadar mampu mengcover keseluruhan dari apa yang diharapkan. Baik itu eksistensi, bentuk pengabdian pada masyarakat sampai pada perhatian pemerintah asal maupun setempat.
Organisasi daerah sebaiknya bukan hanya sebagai tempat melepas penat akibat dari kepeningan aktivitas dalam kampus, tetapi juga menjadi wadah berproses, media untuk meningkatkan mutu kelimuan dari berbagai macam disiplin ilmu, pemberi manfaat bagi daerah yang ditempati, juga daerah darimana mereka berasal, karena sebenarnya mereka-mereka adalah orang yang intelektual dan duta dari daerahnya masing-masing yang harus menjaga nama baik daerah.
Harapannya, tulisan ini mampu menyadarkan IKAMI Sulsel akan substansi kalau organisasi ini benar adanya dan mempunya tanggungjawab, baik secara moril maupun materil kepada daerahnya masing-masing.
“Karena pada dasarnya, organisasi daerah sangat dibutuhkan mengingat fungsinya sebagai wadah pemersatu sesama mahasiswa perantau”

#ngopikah
Tulisan ini murni dari sudut pandang subjektivitas dari penulis


Tidak ada komentar:

Posting Komentar