Sanggara 7 ; Larutkan Perbedaan Dalam Persaudaraan

Sambutan Ketua Pelaksana Dalam Kegiatan Sanggara 7
Foto Oleh ; Andi Muh Bahrul Ulum

IKAMI- Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Sulawesi Selatan ( IKAMI SULSEL)  Cabang Malang menyelanggarakan sambut anggota baru yang ketujuh, kerap kali disebut sanggara guna mempererat tali silahturahim antara pelajar yang berasal dari sulawesi selatan

Kegiatan tersebut berlangsung selama 3 hari berturut-turut dimulai dari 27-28 April. ada 80 peserta yang berasal dari berbagai kampus se Malang Raya mengikuti rangkaian kegiatan hingga berakhir acara .

80 peserta sanggara itu telah termasuk peserta dari mojokerto sekitaran 7 mahasiswa. 

Dalam sambutan ketua pelaksana Wahid menyinggung tentang prinsip sulawesi selatan dalam 
perantauan menurutnya para peserta harus memahami betul konsep tellu cappa.

"ingat falsafah tellu cappa dalam merantau jangan sampai kita salah paham tentang konsep tersebut"ujar Wahid dengan logat Makassar.

Ketua umum Iksan Basri  juga membandingkan kehidupan mahasiswa asal sulsel yang melanjutkan ke perguruan tinggi di makassar dengan mahasiswa asal sulsel yang melanjutkan perguruan tinggi, menurutnya di sulsel sendiri sering terjadi konflik antar suku.

"kami hidup dimalang bersatu dalam satu wadah ikami, jarang konflik antara suku beda dengan di makassar"melanjutkan sambutan usai sambutan ketua pelaksana dengan logat makassar.

Menurut peserta Sarfadillah asal Enrekang yang mengikuti sanggara 7. kegiatan sanggara tersebut dinilai sebagai penunjang intelektual, menurutnya dalam kegiatan sanggara selain materi umum yang diberikan  ada pula prinsip kebudayaan yang ditanamkan kepada peserta.

"kami diajarkan saling menghargai kepada senior sewaktu jerit malam"


Penulis dan reporter
Moch Farabi Wardana

IKAMI : Upaya Merekrut Anggota Baru

Sosialisasi untuk Mahasiswa Universitas Brawijaya
Foto : Moch Farabi Wardana


IKAMI- Setelah beberapa hari yang lalu telah mengadakan Sosialisasi di berbagai Universitas di Kota Malang antara lain Universitas Muhammadiyah Malang dan Institute Teknologi Nasional. Kini Ikami mengunjungi Universitas Brawijaya, rabu (12/4/18).

Sosialisasi tersebut guna memperkenalkan Ikami serta mengajak mahasiswa angkatan 17 perantauan yang berasal dari Sulawesi Selatan untuk mengikuti Sanggara. Sanggara merupakan proses penyambutan anggota baru yang akan diadakan pada 29 April mendatang. Menurut Wahid selaku ketua pelaksana sanggara sosialisasi tersbut akan diadakan di seluruh Universitas di Kota Malang.

"kami rencananya ingin keseluruh kampus disini"ujar wahid pria berambut panjang itu.

 Ada 80 mahasiswa  angkatan 17 calon anggota baru yang siap mengikuti sanggara mendatang dari berbagai kampus yang telah didatangi. kata Wahid antusias calon anggota perlu diapresiasi, dia berharap agar nantinya mahasiswa angkatan 17 lebih solid . 

Ketua Ikami Iksan Basri juga menambahkan katanya dengan adanya sosialisasi ini akan mempermudah silahturahim dengan mahasiswa angkatan 17 yang berada di Kota Malang.

"sebelum mengadakan sanggara kita mengadakan sosialisasi dulu agar saling mengenal"ujar Iksan.


Penulis dan reporter
Moch Farabi Wardana  

Memupuk rejeki dari alat pangkas manual

 Pujiman Sedang memangkas rambut pelanggannya.
Foto Oleh Moch Farabi Wardana

Lengangnya kendaraan sebelum menyambut pagi dan udara masih segar untuk dihirup. Beriringan dengan matahari muncul secara perlahan dari sudut timur perkotaan Malang. riuh aktivitas warga semakin padat ketika matahari kian meninggi. Ketika matahari kian meninggi, jalan mulai padat dihiasi dengan beragam kendaraan yang mengisi ruas jalan Ir Rais. Sama halnya dengan Pujiman (75) yang mengayuh sepeda dengan terengah-engah sembari menggandeng peralatan pangkas dari Pandan landung kecamatan Wagir menuju ke jalan Ir Rais. Berkisar 3 KM jauhnya. Berseberangan dengan jalan Ir. Rais gang 6, dihimpit antara tempat pembuangan dan pohon pujiman melabuhkan sepedanya dan mulai memainkan peralatan pangkas rambutnya.

Pujiman berprofesi sebagai pemangkas rambut selama 34 tahun disekitaran jalan Ir.Rais. Di Kota Malang terdapat sekitar ratusan salon dan barbershop menggunakan mesin potong rambut untuk memotong rambut dari pelanggan namun sangat berbeda dengan yang dilakukan oleh Pujiman. Pujiman masih menggunakan alat cukur manual clipper kodok. Menurut paparannya Pujiman lebih senang menggunakan clipper kodok daripada mesin cukur. Alat tersebut seharga 55.000 Rp.
“karena harganya murah”ujar pujiman sambil tersenyum lebar.
Kepandaian dalam menggunakan alat cukur tersebut berawal sejak Pujiman remaja. Bermula dari mengamati orang lain menggunakan alat itu. Selama 34 tahun berprofesi sebagai pemangkas rambut Pujiman tak pernah mematok harga bagi pelanggan.
“seadanya saja, kalau tidak ada juga tidak apa-apa”ujarnya sembari jarinya melentik abu rokok.
Penulis Moch Farabi Wardana