Usai
sholat subuh itu. Aku beranjak mandi lalu berpakaian, setelah itu aku menyeruput
kopi dingin yang aku buat sebelum mandi. Pukul 05:30 pagi aku bergegas menuju
tempat kerja dengan motor, lima menit kemudian aku telah sampai.
Hari
Minggu itu terlihat cerah, sinar matahari mulai berdatangan dari sebelah timur,sesuai
dengan jadwal, aku mendapat giliran jaga, pukul 6 pagi di salah satu gereja kota
tidak bernama itu. Selama 17 tahun aku
mengabdi sebagai tukang keamanan.
Sepanjang
39 tahun, aku terlahir dari keluarga muslim, bagiku selama pekerjaanku tidak
mengganggu orang lain, menjadi penjaga keamanaan di gereja bukan masalah
melainkan sebuah kemuliaan.
Waktu
aku tiba di gereja keadaan masih
terpantau senggang, seperti biasa hanya segelintir orang yang lalu
lalang sementara ibadah masih berlangsung. Di luar gereja aku melihat Budi, dia kawanku yang menjadi relewan
keamanan gereja sedang berdiri menghisap sebatang rokok. Tak lama dalam
hisapan si Budi,aku menghampirinya.
“bud,
bagi rokok dong !” kataku.
“ngga
ada, ini aja sisa kemarin”.
“mati
aja loh bud, ayo kerja jangan rokok-an terus.
“iya
pak bos”.
“kalau
begitu aku berkeliling dulu yah ”.
Pukul
06 ; 30 ibadah gereja telah usai. Jemaat ibadah yang selesai segera pulang.
Mereka berjalan menuju pintu gerbang sembari berbincang-bincang. Mereka
berpapasan dengan jemaat yang ingin mengikuti ibadah pukul 07;30. Saat arus
jemaat gereja itu mulai ramai, langkah
demi langkah terdengar berirama, tiba-tiba sebuah sepeda motor yang dikendarai
oleh dua wanita bercadar itu menerbos lewat gerbang memasuki pekarangan gereja
dan suara klakson motor yang mereka kendarai berbunyi tanpa putus, ada keanehan
pikirku saat itu. Aku melihat Budi sedang menghadang pengendara motor tersebut,
aku berjalan menuju arah Budi untuk membantunya.
……
Saat
aku sholat subuh, waktu itu pikirku selalu tidak tenang, hati penuh kecemasaan
membelenggu jazad. pikiranku kemana-mana sementara jazad meniru tiap gerakan imam
masjid sedang melakukan sholat. Mataku tertutup sesekali terucap di bibirku
ucapan “astagfirullah” sesekali pula dalam benakku muncul adegan tragis dimana
terlihat darah bercucuran di pinggir jalan, orang- orang berlarian kesana
kemari mencari tempat yang aman, adapula mayat tergeletak.penglihatanku
samar-samar tak mampu menembus lokasi peristiwa itu.
Diakhir
sholat, aku menutup dengan doa “ Ya Allah Engkau Maha mengetahui segala
peristiwa dimuka bumi ini maka tuntunlah
hambamu ini tetap berada dinaunganmu”.
Di
jalan menuju ke rumah aku masih memikirkan peristiwa itu. Apakah itu Pertanda ?
sesekali kugeleng-gelengkan kepala menghiraukan peristiwa itu
……….
Pukul 07:30 saat aku berjalan menuju arah Budi, terlihat
pengendara itu menabrak Budi. Aku segera berlari cepat menuju tempat kejadian
namun langkahku terhenti ketika terdengar dentuman keras dari arah kiri Budi
yang ternyata merupakan si pengendara motor tersebut.
“Booooooooooooooom”
Seluruh
jemaat panik tak karuan mendangar suara dentuman itu. Dentuman itu berasal dari
pintu gerbang, yang semula suasana begitu khidmat tiba-tiba menjadi sebuah
arena peperangan. Asap yang menggumpal menjulang kelangit biru merupakan
pertanda keruntuhan doa yang dipanjatkan
para jemaat.
Suara
kaki dan jeritan menjadi seirama dalam kepanikan. Pos keamanan yang awalnya
berdiri kokoh kini rata dengan tanah. Jemaat yang semula datang guna mengikuti
ibadah sesi kedua kini terkapar tak bernyawa. ” Apakah ini pertanda subuh itu
?”
Dalam
kepanikanku, aku menyaksikan gambaran benak sewaktu sholat subuh. Telingaku berdenging
dengan dahsyat,jeritan jemaat tak mampu menembus gendang telinga.tanganku tak
hentinya mengusap rambut, hingga ke
wajah dalam ke-terberdayaanku, kakiku
tak hentinya bergagap “entah langkah apa yang harus aku lakukan ?”.
Apakah
doa tak terjamah oleh Tuhannya , ataukah Allah menjamah tindakannya ?.
Pukul
08.30 suara sirine mobil berdatangan di lokasi itu. Petugas berpakaian
putih,berpita merah pada lengannya menghampiri korban sembari membawa tandu
sedangkan petugas yang berpakaian coklat
kehitaman dengan rompi anti peluru serta membawa senjata lengkap guna
mengantisipasi adanya ledakan susulan.tak berselang lama pita kuning membentang
keseluruh area lingkungan gereja .
“entah
siapa yang mengabari petugas itu”.
Dalam
pencarian, aku tak melihat jazad Budi. Apakah budi telah dibawa oleh petugas
berpakaian putih atau melebur dengan
suara ledakan itu. Tak sempat terjawab. Aku menyibukkan diri dengan membantu
para jemaat yang terluka.
……..
Pada
pesan kabar duka, sampaikanlah kepada mereka yang mempertentangkan perbedaan hingga
berujung pada kematian bahwa kebenaran sesungguhnya hanya milik-Nya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar