Refleksi Kebudayaan Sulawesi Selatan Di Tanah Rantau



Puluhan mahasiswa asal Sulawesi Selatan sedang mengkaji konsep kebudayaan Sipakainge, Sipakatau, Dan Sipakalebbi, dipelataran Asrama Hasanuddin, Simpang Dieng Utara, Kota Malang, (11/10). Ahmad Majdi



IKAMI- Matahari sudah terbenam, perlahan udara dingin menusuk tulang belulang. Terlihat beberapa mahasiswa asal Sulawesi Selatan(Sulsel) duduk dengan beralaskan karpet di halaman Asrama Hasanuddin,Jl.Simpang Dieng Utara, Kota Malang. Para mahasiswa tersebut  melakukan kajian kebudayaan,(11/10).

Kajian Kebudayaan itu mengangkat tema Refleksi Kebudayaan Sulawesi Selatan Di Tanah Rantau.
kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan  kesadaran terhadap konsep kebudayaan Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakainge.

" Saya dan Teman-teman  merasa, mengapa sih sekarang kita kurang mengetahui budaya ?, maka kami membuat diskusi ini untuk meningkatkan kesadaran terhadap budaya Sipakatau, Sipakalebbi, dan Sipakatau", Ujar Muflih Gunawan selaku Kepala Bidang PSDA.


Ada pula pengenalan aksara Lontara dalam kajian kebudayaan ini. Pemantik melakukan tantangan dengan cara meminta para peserta menuliskan nama lengkap mengggunakan aksara Lontara, namun hanya beberapa orang yang berhasil melakukan tantangan dari pemantik.

"ada 28 peserta namun hanya 8 orang yang berhasil melakukan tantangan dari saya", Ujar Ahmad Mardani selaku pemantik diskusi.

Menurut Mardani minimnya pengetahuan tentang aksara Lontara dikarenakan kurangnya kebiasaan menulis menggunakan aksara tersebut.


Muh Ikhsan Basri, Ketua Umum Ikami Cabang Malang mengharapkan dengan adanya kajian seperti ini, mahasiswa asal Sulsel mampu menerapkan konsep kebudayaan di kota Malang.

"teman-teman bisa mengimplementasikan konsep kebudayaan sehingga menjadi identitas mahasiswa asal Sulawesi Selatan.


Para peserta terlihat antusias mengikuti kajian, salah seorang peserta Risky Alda Amalyah mengingkan kegiatan kajian seperti ini terus berlanjut. Menurut Risky kegiatan ini sangat bermanfaat sebagai mahasiswa perantau.

"jangan diadakan sekali saja, kalau bisa berlanjut. karena kita belajar tentang tradisi sulsel seperti -cara bersikap, maupun penulisan aksara Bugis-Makassar.


Penulis Moch Farabi Wardana


Tidak ada komentar:

Posting Komentar