NO TITLE


Ikami-Sesibuk apapun organisasi mahasiswa turun kejalan dengan aksi sosialanya, sebanyak apapun agenda aktifitasnya jangan sampai membuat organisasi mahasiswa itu lupa bahwa mereka adalah insan akademik. Mahasiswa dengan segala aktifitasnya harus tetap menjaga kuliahnya. Setiap orang tua pasti ingin anaknya selesai kuliah dan menjadi orang yang berhasil. Maka sebagai seorang anak berusahalah semaksimal mungkin untuk dapat mewujudkan keinginan itu, untuk mengukir masa depan yang cerah dan membanggakan orang tua.
Tapi, (kebanyakan) Organisasi mahasiswa yang ada saat ini hanya disibukan dengan proposal-proposal, mengemis dana dengan senyuman palsu pada pihak-pihak perusahaan dan alumni dari organisasi tersebut. Dari berbagai event yang disajikan oleh organisasi-organisasi sekarang yang dananya berasal dari lobi-lobi indah para anggota yang belum sikat gigi, sembari membawa proposal-proposal visioner formalitas yang diselimuti desain warna-warni, sejatinya akan menumpulkan kekritisan organisasi itu sendiri.
Organisasi seharusnya menyajikan kegiatan-kegiatan yang progresif kepada anggotanya. Tapi justru realitasnya, organisasi saat ini kebanyakan hanya membuat event-event yang menyiksa diri anggota organisasi itu sendiri dan hanya bersifat hura-hura saja. Seperti menyajikan event music, event olahraga, ataupun event-event yang sifatnya hanya pembodohan demi menaikkan eksistensi organisasi.
            Organisasi yang menyelenggarakan event-event akan melihat suatu produk-produk kapitalis supaya membuka lapak di event yang dibuat oleh organisasi tersebut. Banyak masyarakat kita yang selalu ditindas oleh ketidakadilan dari para kapitalis dan sudah seharusnya organisasi membela masyarakat sebagaimana peran mahasiswa dan tujuan organisasi mahasiswa (kebanyakan), bukan malah menjauh dari masyarakat dan asik bermesraan dengan korporat-korporat kapitalis yang menyodorkan dana untuk event-event yang diselenggarakan organisasi mahasiswa tersebut. Kalau sudah begini, organisasi mahasiswa hanya seperti pengemis yang bermental event organizer.
            Dari banyaknya event-event yang diselenggarakan oleh organisasi mahasiswa hanya berisi kesenangan sementara, Itu hanya membuat mahasiswa jauh dari pengkajian keilmuan, penelitian, dan mengawal masyarakat kecil. Sudah seharusnya organisasi mahasiswa menyelenggarakan event yang lebih berguna, seperti seminar-seminar keilmuan dan memperbanyak diskusi terkait isu-isu nasional dengan mengajak organisasi lain dan tidak mengeluarkan banyak biaya.
            Sudah saatnya, organisasi mahasiswa menjadi organisasi mandiri dan revolusioner serta menjadi perangsang disetiap pergerakan mahasiswa dalam mengawal masyarakat kecil. Jangan menjadikan anggota organisasi mahasiswa bermental event organizer ataupun pengemis yang selalu bergantung pada birokrasi apalagi korporat kapitalis yang selau menindas rakyat kecil.
Maka sudah seharusnya organisasi-organisasi menyertakan usaha pendanaan, seperti berwirausaha dengan menjual karya-karya kreatifitas dari para anggota organisasi. Jikalau itu terwujud, bukan organisasi lagi yang mengemis ke birokrasi tapi birokrasi yang mengemis ke organisasi demi melancarkan pencitraan yang dilakukannya. Ingat, organisasi tidak dibangun dengan uang, tapi tanggung jawab, pengabdian dan kasih sayang.



Penulis : Khairul Fajrul

Merawat Budaya Sejak Dini



Ikami-Mungkin kita tidak akan asing lagi ketika mendengar kata budaya kata yang sering atau bahkan setiap hari di lontarkan sebagai dalih ketika kita melakukan sebuah tindakan yang di anggap tidak mewakili perilaku dari apa yang di harapkan dari pendahulu kita, tetapi menafsirkan budaya tidak sesederhana membaca komik dengan secangkir teh di langit senja. Budaya merupakan sebuah perilaku atau kejadian yang di pelihara selama turun temurun sehingga mampu di nikmati hari ini sebagai energy positif dari sebuah Utopia yang di bangun para pendahulu kita untuk mencapai sebuah tatanan masyarakat yang berdab
Mengimajinasikan suatu budaya memerlukan sebuah Abstraksi yang sangat tajam untuk menghadirkan kembali apa yang sudah terjadi di zaman yang telah berlalu beratus tahun yang lalu, tak bisa di pungkiri bahwa kondisi hari hari ini akan membuat kita mengalami sebuah diaspora bukan sebagai seseorang yang meninggalkan asalnya tetapi lebih dari pada itu yaitu tumbuh sebagai seseorang yang melupakan budaya yang ada
Melihat kondisi hari hari ini yang mungkin bisa di katakan lunturlah budaya yang menjadi landasan dalam berinteraksi dengan komunitas yang ada di masyarakat sehingga IKAMI SulSel Cab Malang kembali menghadirkan pagelaran budaya yang sempat di istirahatkan agar mampu hadir dengan sebuah konsep yang lebih matang dari sebelumnya dan menjadi sebuah persembahan teristimewa kepada masyarakat IKAMI SulSel Cab Malang atau bahkan untuk masyarakat umum. Tentunya ini menjadi sebuah acuan untuk dapat membuat sebuah nafas baru dalam rangka melestarikan apa yang menjadi bagian dari kita perantau yang sepatutnya menjadi duta budaya di kampung kita masing-masing. Untuk itu dengan IKAMI SulSel Cab Malang kembali menghadirkan pagelaran budaya dengan tema ; “RITTUMPANNA WALENRENNGE” dengan harapan mampu mengembalikan kembali makna primer sebuah peristiwa bersejarah dalam epos I LAGALIGO

“Masyarakat yang besar adalah masyarakat yang menghargai budaya sebab daripada itu semua rawatlah kehidupan dengan merawat budaya yang ada “