Era globalisasi saat ini memberi banyak dampak negatif terhadap kebudayaan Indonesia. Masuknya budaya barat ke Indonesia, tanpa disadari secara perlahan telah menghancurkan kebudayaan bangsa Indonesia. Rendahnya pengetahuan menyebabkan akulturasi budaya yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalam budaya bangsa Indonesia. Masuknya kebudayaan barat tanpa disaring oleh masyarakat dan diterima secara mentah atau apa adanya, mengakibatkan terjadinya degredasi yang sangat luar biasa terhadap kebudayaan asli. Dan budaya asli Indonesia secara perlahan mulai punah, berbagai budaya barat yang mengantarkan kita untuk hidup modern yang meninggalkan segala hal tradisional. Hal ini memicu orang bersifat individualisme, matrealisme, hedonisme dan konsumerisme.
Karena semakin terkikisnya budaya Indonesia saat ini, kami dari Ikatan Kekeluargaan Mahasiswa/Pelajar Indonesia Sulawesi Selatan Cabang Malang (IKAMI SULSEL Cab. Malang) berupaya untuk melestarikan budaya Indonesia, terutama budaya tanah kelahiran kami sendiri yaitu Sulawesi Selatan, serta memperkenalkan kepada masyarakat Jawa Timur khususnya kota Malang. “Budayata’ VI hadir kembali, sebagai ajang teman-teman untuk mengembangkan potensi dan kreatifitasnya. Mempertahankan danmelestarikan budaya lokal, menjadi salah satu tugas utama IKAMI Malang dalam berproses. Untuk itu, budayata’ hadir sebagai salah satu wujud implementasinya,” ujar Safinatunnajah, selaku ketua umum IKAMI Malang.
Pagelaran seni dan budaya Budayata’ VI tahun ini merupakan bukti nyata bahwa IKAMI Malang peduli akan kelestarian budaya dan nilai-nilai luhur Sulawesi Selatan. Menyuguhkan drama teaterikal tentang kisah Karaeng Galesong, tari-tarian tradisional, serta aneka makanan tradisional khas Sulawesi Selatan.
Pada pagelaran tersebut IKAMI Malang menampilkan akan suatu penampilan yang sedikit berbeda dari acara sebelumnya, seperti Tarian Pangadakkang, serta mural live yang menghibur saat open gate nantinya. Sama seperti pagelaran sebelum-sebelumnya, Budayata' VI mengangkat tema “Ku Alleangi Tallanga Na Towalia” yang berarti sekali layar terkembang pantang biduk surut ke pantai. Sebenarnya makna yang terkandung dalam falsafah tersebut adalah lebih kupilih tenggelam (di lautan) daripada harus kembali lagi (ke pantai). Petuah ini sangat di pegang teguh oleh Karaeng Galesong (Putra Sultan Hasanuddin) yang meninggalkan kerajaan Gowa-Tallo menuju pulau Jawa demi mengusir tentara VOC.
“Tema tersebut berhajatkan bahwa sesuatu yang kita perbuat dengan niat baik haruslah kita lakukan dengan sungguh-sungguh dan terselesaikan dengan baik sesuai niat,” kata Muflih Gunawan, selaku ketua panitia.
Budayata’ VI sendiri akan diselenggarakan pada hari Sabtu tanggal 21 Oktober 2017 pukul 19.00 WIB. Bertempat di Gedung Kesenian Gajayana, Jalan Nusakambangan – Kota Malang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar