Hari kemarin adalah hari esok yang terlalu cepat


IKAMI-Satu pertanyaan yang akan mungkin muncul ketika membaca tulisan di atas yaitu “Bagaimana cara menghadirkan yang lalu sebagai cerminan yang belum nampak?”. Tentunya saya bukan ahli klenik yang mampu meramalkan masa depan dengan menengok tirai yang telah tertutup di petang tadi , tetapi sebagai seorang akademisi yang di tuntut untuk kritis terhadap sesuatu maka akan sangat mungkin kita membuat sebuah Analisa kecil kecilan bahwa masa depan yang akan datang merupakan bibit yang di tanam sore tadi. Jika kita mampu berdamai dengan situasi hari ini kita akan sadar bahwa ada sebuah Local wisdom yang gagal mengikuti evolusi Dawkins yang tidak mampu berkembang mengikuti situasi hari ini dan wisdom itu kita kenal dengan istilah “KE-KELUARGAAN” tentunya saya tidak akan membahas dari segi biologis tapi lebih jauh dari itu untuk coba membongkar latar belakang sosiologis di belakang per-istilahan tersebut. 
Ke-keluargaan tentunya di bangun sebagai infestasi jangka panjang demokrasi dalam IKAMI. Justru karena kita “keluarga” saya akan mengkritik habis habisan dalam semangat rekonstruksi dalam hal ideologi, moral public, etika dan sebagainya sehingga hanya dengan semangat itulah kita bias bercakap-cakap lebih jauh dan bahkan lebih dalam lagi. Namun hari hari belakangan ini kita merasakan ada dalam keadaan distopia yang hadir bukan karena di niatkan dengan serius tetapi kultur yang ada memaksa untuk mengikuti system itu atas latar belakang kepercayaan (background believe) yang lebih dulu di produksi melampaui kemampuan kita untuk melihat apa metodologi atau apa yang mendasari hal itu secara akademis 
Background believe yang melaju melebihi kecepatan menganalisa metodologi sehingga menghasilkan dalil yang baru yaitu “jangan kritik saya karena kita keluarga” akhirnya manifestasi yang di tujukan untuk pembangunan organisasi justru menghasilkan kontradiksi yang menghancurkan sendiri tujuan sebelumnya sehingga kita berada dalam hegemoni tersebut sehingga tidak mampu menciptakan satire, kritik yang tajam tapi tidak di tujukan dengan niat dalam rangka membangun kembali atau menghadirkan kembali makna keluarga yang telah hasilkan oleh pendahulu sebelum sekarang ini.
Bapak pendiri ikatan ini telah terlebih dahulu menyadari dan memberikan ruang agar kita mampu menghadirkan dialektika di setiap situasi dalam rangka mengaktifkan kembali Literasi yang di kikis oleh perkembangan zaman hari hari ini dan atas dasar itulah tulisan ini lahir sebagai kritik akan kondisi hari ini dan sebagai manifiestas awal dalam mengucapkan ulang Literasi yang dan menghasilkan makna primer dari apa yang kita sebut KELUARGA.

Penulis Salman Alfarisi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar